Selasa, 03 November 2020

PUSPA

Hati yang gelap adalah hati dimana di dalamnya tidak ada pemilik hati. 

Dalam hatiku ada 99 Asma-Nya yang terwujud. Namun masih ada celah kosong untuk di singgahi dan menemaniku,

Hei Puspa. 

Jalan sudah terang. Tujuan sudah ada. Namun tak ada teman melangkah untuk berdamping beribadah bersama. 

Belum selesai...

Minggu, 25 Oktober 2020

namun aku bukan Sapardi

Aku mencintaimu tak seperti puisi sapardi. 
Tak pernah aku mencintaimu dengan sederhana, namun 

aku mencintaimu dengan mulia bak hujan reda menghadirkan pelangi. 
Dan
Aku mencintaimu dengan mulia bak garam mendampingi air laut yang menjadikannya rasa. 

Minggu, 04 Oktober 2020

Kerudung Putih

Karena ketulusan hatimu
Wahai gadis berkerudung putih
Cintamu berwujud
Sebening embun pagi
Selalu berkilau diterpa mentari
Yang tak pernah keruh
Oleh napsu-napsu duniawi

Jumat, 21 Desember 2018

Antara Cinta dan Dusta

Iblis sedang bercinta di pangkuan ibu pertiwi. 
Mendesah hingga menggetarkan cakrawala.
Manusia membelai sang iblis yang sedang bergembira.
karena hajat malam Jumat yang penuh dusta.
Antara manusia dan iblis selingkuh dan tertawa di atas penderitaan sang saka.
Asmara iblis menjadi agama dan budaya.
indah menggelapkan mata.
Silaturahmi kini lewat media.
Karena jalan terhalang iblis sedang bercinta.
Dengan perayan politik disetiap jalan berkibarnya bendera.
Penuh sabda goib disetiap deretan tulisanya.
Inilah hajat antara iblis dan manusia bertanduk kemaluan pria di dahinya.

Pelaku pekarya : Fajarmalam

Selasa, 20 November 2018

Semoga Ibu Cepat Sembuh

Apa dayaku, ketika aku meliahat Ibu Pertiwi menangis karena cinta.
kasih sayangnya yang begitu besar kepada anak-anaknya.
Ibu rela mengorbankan dirinya.
menjual harga diri bak gadis perawan diperkosa oleh perompak berpakaian rapi.
Ibu air matamu yang dulu jernih bagai permata kini kotor menjadi comberan.
urat-uratmu kini tersumbat sampah.
tak bisa lagi mengaliri darah.
rambutmu yang lebat nan indah
kini rontok oleh kutu besi bertenaga api.
apa dayaku ibu.
aku hanya bisa mendoakanmu.
karena kini banyak anakmu yang berebut warisan.
tanah yang berhektar-hektar
dibuatnya gedung besar tingkat berjajar.
untuk menyambut turis terhormat tanpa gelar.

Pelaku pekarya : Mahmud

Senin, 29 Oktober 2018

ilalang dan angin

Aku bagaikan ilalang yang tertiup angin.
Kemana angin lewat disana ilalang mengikuti arah kemana angin berhembus pergi.
namun ilalang selalu terabaikan oleh angin
meskipun ilalang selalu menyapa dan berdiri.
Tapi angin mengabaikan
pergi tanpa permisi.
Maka akulah Mahmud dan engkaula imajinasi

pelaku pekarya : Mahmud

Lupa caraya rindu

Ada apa denganku.
Sampai aku lupa jarak dan waktu.
Karena satu tujuanku yaitu menemuimu.
Tak peduli berapa lama aku menunggu.
Karena ingin mengobati rindu.
Aku tidak menyadari kalau rasa itu masih ada.
Aku kira sudah tertelan nestapa.
Ternyata aku masih merasakan cinta.
Bukan sebatas kata tapi aku laksanakan dengan tindakan yang nyata.
Namun kenapa kini aku kecewa.
Karena aku tidak bisa mengobati rindu yang sudah bergelora.
Disanalah aku menunggumu namun tetap saja aku tidak bertemu.
Jangan sampai aku lupa caranya rindu dan
jangan sampai cintaku terbakar menjadi abu.

pelaku pekarya : Mahmud

Meski bukan sponsor

Kamu selalu ada untukku.
Kapanpun dan dimanapun aku mau.
Permintaanku selalu kau penuhi.
dan kamu tak pernah mengingkari janji.
Ketika bertemu kau tersenyum dan menyapaku.
Kamu selalu menjaga aku ketika bersamamu.
Terimakasih kamu selalu mengantarkanku pulang.
Bahkan ketika aku mau kemana-mana.
Kamu selalu ada untuku
Meski bukan sponsor
aku ucapkan padamu
Terimakasih grab

Pelaku pekarya : Mahmud

maafkan aku yang meragukanmu

Terimakasih sudah membuat aku menagisi diriku sendiri
yang tidak menyadari
bahwa ada seorang wanita yang mencintaiku tidak sebatas ucapan
tapi tindakanya yang berwujud menjadi cinta itu sendiri

maafkan aku

aku yang lancang mencintaimu
sebatas ucapan tindakanku belum cukup membuktikan aku mencintaimu
aku hanya laki-laki yang tidak bersyukur
karena aku tak sadar kalau aku ini salah
aku mengemis cinta darimu
namun aku tidak menyadari
betapa besar cinta yang kamu berikan padaku
terimakasih telah mencintaiku.
namun aku selalu mempertanyakan cintamu
itulah kebodohanku
maafkan aku telah meragukanmu.
terimalah maafku wahai bungaku.

Pelaku Pekarya : Mahmud

menanti bersama Seno Gumira Ajidarma

Mereka telah pergi.
Kini aku sendiri.
Duduk di kantin menanti hadirmu disini.
Eh aku tidak sendiri.
Ternyata aku berdua.
Sedang berbincang denga Seno Gumira Ajidarma.
Bertemakan Sepotong senja.
Entah sampai kapan aku berbincang denganya.
Karena perbincangan ini hanya menunggu
seseorang datang menghampiriku.
Aku menunggumu bersama Seno Gumira Ajidarma.
Entah sampai kapan.
Mungkin sampai waktu menjemputku
atau mengusirku untuk pergi.

Pelaku Pekarya : Mahmud

mengingat kembali rindu

Dulu aku sudah lupa bagaimana caranya rindu.
Namun kini aku mengingatnya kembali.
Entah darimana rindu itu berasal.
Rindu tiba-tiba menghampiriku begitu saja.
Apa salahku.
Kenapa aku bisa rindu.
Aku sudah tak mau itu.
Karena rindu itu menyiksaku.
Kamu tahu siapa yang aku rindukan.
Ya benar, kamu yang aku rindukan.
Bukan dia bukan siapa-siapa.
Kamu sudah tahu apa obat hati atau rindu.
Ya kamu tahu itu.
Obat hati atau rindu adalah bertemu.
Akan tetapi aku tak tahu bagaimana aku menemuimu.
Mungkin aku akan menunggu.
Sampai rasa rindu itu pergi
menghilang begitu saja.
Seperti rindu itu datang yang tiba-tiba menghampiriku.
Atau aku hanya bisa berdoa kepada Illahi
agar rindu itu terobati
atau hilang di telan tirani yang suci

Pelaku Pekarya : Mahmud

PUSPA

Hati yang gelap adalah hati dimana di dalamnya tidak ada pemilik hati.  Dalam hatiku ada 99 Asma-Nya yang terwujud. Namun masih ada celah ko...