Apa dayaku, ketika aku meliahat Ibu Pertiwi menangis karena cinta.
kasih sayangnya yang begitu besar kepada anak-anaknya.
Ibu rela mengorbankan dirinya.
menjual harga diri bak gadis perawan diperkosa oleh perompak berpakaian rapi.
Ibu air matamu yang dulu jernih bagai permata kini kotor menjadi comberan.
urat-uratmu kini tersumbat sampah.
tak bisa lagi mengaliri darah.
rambutmu yang lebat nan indah
kini rontok oleh kutu besi bertenaga api.
apa dayaku ibu.
aku hanya bisa mendoakanmu.
karena kini banyak anakmu yang berebut warisan.
tanah yang berhektar-hektar
dibuatnya gedung besar tingkat berjajar.
untuk menyambut turis terhormat tanpa gelar.
Pelaku pekarya : Mahmud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar