Selasa, 17 Oktober 2017

Tunakah batinku

Buta kah aku
Tuli kah aku
Tuna wicara kah aku
Atau kau semua itu
Wahai Tuhan-ku
Meski semua panca indra ku tidak
berfungsi dengan normal
Jangan sampai Kau tunakan hatiku
Buta hati akan melihat hambamu yang butuh bantuan
Tuli mendengar tangisan hamba-Mu yang lapar dan
Sakit menjerit karena sistem tanpa kebajikan
Oh tuhanku 
jangan bungkam mulut hatiku dengan semua kemunafikan yang
Selalu bersahabat dengan kebohongan
Jangan sampai semua itu terjadi
Menimpah padaku serta hambamu yang taat padamu
hanya terlalu banyak berharap kepada arti kehidupan

dan keindahan yang dijanjikan di Bumi oleh SETAN. 

Pelaku pekarya : Mahmud 

Minggu, 15 Oktober 2017

Fajarmalam merindukan Aninda

Aninda kudiam ketika merindukanmu dikala bulan cerah dimalam-malam.
Ketika rintik hujan menyirami bumi di gelap alam yang membawa senja pergi hinga matahari tenggelam.
Hatiku kini belajar menyelam.
Untuk mendapatkan mutiara yang indah di hati Aninda yang terdalam.
Biar kusimpan dan kujaga perhiasan yang menjadi semangat hidupku yang kelam.

Hatiku menjerit memanggilmu Aninda.
Dimanakah mutiara yang Aninda simpan saat ini.
Karena kuarungi lautan hati takunjung kujumpai.
Aninda dirimu bagaikan mutiara yang langka.
Jangan Aninda hiasi hidupku dengan cucuran keringat airmata yang duka.
Karena ku ingin menghadapi kemerdekaan dengan cinta.

Pelaku pekarya : Mahmud 



Diksi untuk Anzjani

Malam hari kulepas kenikmatan rindu
Bersamamu
Dengan cheat whatsapp pribadiku
Dan kau jawab dengan “ridu diksiku”.
Lalu ku susun diksi yang tersimpan dihati

Kau rindu kata-kataku.
Kapan kau merindukan aku?
Ku mencarimu hanya untuk rinduku.
Tapi kapan kau mencariku untuk rindumu?
Ku takan bosan merangkai kata untukmu.
Tapi satu rangkaian yang kutunggu.
Itu merangkai hidup bersamamu.

Kenangan bersamamu saat.
Partamakali ku bertemu.
dikala hujan dimalam itu.
Sampai rasa sayang tumbuh.
Yang sekarang takunjung sembuh.
Bahkan dikala malam-malam hujan, penyakit itu kambuh.

Tapi kini kau jauh.
Ku tak bisa berjalan berlari menanti setiap hari.
Hingga pedih lara menemani sepanjang hari.
Karena terbawa emosi rasa rindu disanubari.
Yang ingin bertemu bidadari dikala hujan dimalam-malam hari.

Diksiku takan semena-mena ku untaikan untukmu.
Diksiku bukan sembarang diksi.
Tapi ungkapan hatiku didalam sanubari yang tak akan kau mengerti hingga tak terdefinisi arti.
Karena hanya hati yang dapat memahami.

Kau yang mengawali kisah ini dan kau yang mengakhiri tragedi.
Hingga hak asasiku kau kebiri. Didalam sandiwara hidup di kerak bumi.
Yang tak berarti ketika Anzjani pergi.
Kini hanya  waktu yang kau berikan,
yaitu menanti. Dan ini semua rangkaian diksi-diksi untuk Anzjani. 

Pelaku pekarya : Mahmud 


PUSPA

Hati yang gelap adalah hati dimana di dalamnya tidak ada pemilik hati.  Dalam hatiku ada 99 Asma-Nya yang terwujud. Namun masih ada celah ko...